nanas.motaracita
TIDAK SUKA BUKAN BERARTI HARUS MEMBENCI :)
Minggu, 14 Juli 2019
Selasa, 02 Oktober 2018
Cerpen tentang pemuda hijrah (pemenang lomba cermin fmi unnes 2017)
Are You Busy or Ignoring Me?
“Panas sekali hari ini, bukankah seperti itu, Rahil?”
“Bukankah panas seperti ini sudah biasa? Mengapa kau
mempermasalahkannya?”
“Panas kali ini berbeda Rahil, lihat mereka!”
“Oh, ternyata sumber kepanasan yang kau rasakan dari situ. Sudah ah,
aku pulang dulu.” Rahil merapikan sarungnya dan bergegas meninggalkan Musola
“Rahil, tunggu aku!” Abi
mengejar Rahil yang sudah berjalan mendahuluinya. “Mengapa Kau tergesa-gesa?
Sebentar lagi mereka akan melakukan hal yang lebih panas. Kau tidak ingin
melihatnya Rahil?”
Dengan tajam Rahil bertanya,
“Apakah Kau pernah melihatnya?”
“Tentu Saja, Rahil. Mereka akan melakukan....”
“Apakah Kau pernah melihatnya??? Untuk apa Kau melihat hal seperti
itu? Untuk apa Kau mengotori kedua matamu kepada hal-hal yang tidak berguna?”
Pertanyaan tersebut memotong pernyataan Abi.
Abi kaget karena pernyataanya telah dipotong oleh Rahil sekaligus diberi
pertanyaan yang sangat menohok hatinya. Rahil memang dikenal sebagi orang yang
tegas dan tajam dalam berbicara, apalagi dalam menyuarakan kebenaran.
“Eh, Maafkan aku Rahil. Aku memang pernah melihat mereka melakukan
sesuatu hal yang tak perlu di jelaskan karena...karena...karena aku pernah
menjadi salah satu bagian dari mereka. Maafkan aku, Rahil. Maafkan aku,
mengatakan sesuatu hal yang seharusnya tidak kukatakan.”
“Sudahlah, aku juga hanya memperingatkanmu. Sesuatu hal yang tidak baik
harus segera dilupakan sebelum hal tersebut memintamu kembali untuk
melakukannya. Apakah kau menginginkan hak itu kembali terjadi, Abi?”
“Tentu saja tidak, Rahil. Doakan agar aku mampu beristiqomah menuju
Ridha Allah.”
“Saling mendoakan, bukankah lebih baik?” jawab Rahil.
“Na’am Ya Akhi. Ilaa ayna anta?”
“Ke Panti Asuhan. Mengajar Tahfidz. Kau ingin ikut dengan ku?”
Meskipun usia Rahil masih muda, 23 tahun. Ilmunya sudah sangat banyak
dibandingkan mereka seusianya. Saat ini beliau menjadi relawan di panti asuhan
di Jawa Timur untuk mengajarkan Al-Quran dengan metode tilawati. Selain itu,
Rahil juga menjadi pengajar tetap di Griya Quran.
“Tidak sekarang, Rahil. Hari ini aku ada pertemuan di balai kota.”
“Baiklah, Assalamualaikum.”
“Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.”
Bagi Rahil, memberi manfaat bagi sekelilingnya adalah suatu
kewajiban. Menebar kebaikan adalah sebuah tanggung jawab. Menjadi sumber
kebahagian adalah suatu keharusan.
“Semoga Abi bisa istiqomah,Ya Rabb.” Ujar Rahil dalam batin.
Abi memang baru saja berhijrah. Menemukan jati dirinya yang sempat
tersesat pada jalan yang kelam. Rahil menemukan Abi bearada dipojok jembatan
yang sepi dalam keadaan menggigil dan hanya menggunakan celana pendek, pada
suatu malam. Entah dimana keberadaan baju dan tas milik Abi. Saat itu, Rahil
memang mengendarai sepeda ontelnya dengan perlahan untuk
menikmati indahnya pemandangan malam. Dia baru saja pulang dari tugasnya
mengajar di panti asuhan. Tanpa banyak bertanya, Rahil menggendong Abi untuk
membonceng sepeda ontelnya. Abi yang sudah sangat tak berdaya,
membiarkan saja tanpa kata.
Hingga keesokan harinya, setelah Rahil melaksanakan Solat Subuh dan
Muroja’ah bacaan AlQuraanya, Abi bertanya kepadanya. Mengapa Rahil menolongnya.
Mengapa Rahil menolong orang yang tidak dikenal. “Engkau adalah saudaraku.”
Jawab Rahil.
“Hanya itu?” Tanya Abi dengan mengernyitkan dahi. Dia tidak
mengerti, mengapa jawaban yang diberikan tidak masuk akal. Sejak kapan aku
menjadi saudaranya? Lagi pula aku tidak mengenalnya.
“Setiap orang muslim adalah saudara. Jika engkau susah aku merasa
susah. Jika engkau sakit aku merasa sakit. Jika engkau sedih aku merasa sedih.
Jika engkau bahagia maka aku akan bahagia. Kita adalah satu anggota tubuh yang
saling merasakan.” Ucap Rahil dengan mantap tanpa mengalihkan pandangannya dari
mushaf AlQuran.
“Bagaimna kau tahu.... kalau aku seorang muslim?”
“Apa kau tidak tahu? Kita satu kampus, aku pernah melihatmu bersama
dengan teman-teman mu duduk bersenda gurau di depan masjid, ditambah lagi aku
pernah melihatmu mengikuti kegiatann wajib kampus dalam acara mabit di bulan
Ramadhann.”
Jawaban Rahil membuat Abi kagum. Bahkan dirinya tidak mengenal Rahi
akan tetapi mau menolongnya. Ternyata Allah menurunkan Hidayah kepada Abi
melalui Rahil. Abi menangis. Dia teringat kejadian malam tadi. Bahkan teman-
teman satu gengnya yang sudah sangat dikenal meninggalkannya untuk
mencuri uang dan mobil miliknya. Sedangkan Rahil? Dia hanya orang baru untuk
Abi.
“Aku menyesal, tidak memanfaatkan waktuku dengan baik. Aku menyia-
nyiakan waktu ku pada suatu hal yang sangat tidak berguna. Aku menyia- nyiakan
waktu yang diberikan oleh Tuhanku yang seharusnya diisi dengan kebaikan.” Abi
mengatakan itu semua dengan penuh penyesalan, airmata mengalir dipipinya.
“Kembalilah Kepada Tuhanmu, Saudaraku. Allah menunggu taubatmu
saudaraku. Allah selalu menerima Orang yang bertaubat dengan sungguh- sungguh.”
Ucapan Rahil menenangkan Abi.
“Aku sibuk Rahil.”
“Sibuk?” Rahil mengernyitkan dahinya.
“Iya Rahil, Aku sibuk. Sibuk dengan urusanku sendiri. Sibuk untuk
bersenda gurau dengan perempuan-perempuan. Sibuk bermain gadget sepanjang hari
untuk mengaploud kegiatan ku sehari- hari. Sibukku tidak berguna. Dengan sengaja...aku
sibuk untuk mengacuhkan Tuhanku. Ya allah.. Ya Tuhanku... Ya Allah Yang Maha
pengampun. Maafkan lah hamba mu ini...” Ucap Abi dengan menangis tesedu-sedu.
“Mari saudaraku, kita niatkan hati untuk kembali kepada Nya karena
sesungguhnya Allah yang Maha Mulia itu “cemburu”. Kecemburuan Allah yaitu jika
orang mukmin melakukan apa yang diharamkan. Hati manakah yang tak pernah ada
lintasan cemburu, sebuah gejolak bergemuruh yang begitu saja mengubah cinta
menjadi letupan- letupan murka? Saat ini ubah sibukmu menjadi benar- benar
sibuk untuk selalu menginatNya dalam keadaan apapun. bukan pura- pura sibuk
untuk mengacuhkan Tuhan mu.”
Dalam perjalanan menuju Panti Asuhan kali ini, Rahil terlihat lebih
baik daripada biasanya. Rahil menatap langit, beberapa awan bergerak, menghalau
sinar matahari. Rahil berdehem, mengembalikan fokusnya. Kemudian Rahil
mengucapkan Hamdalah sepanjang perjalanan. Rahil sangat bersyukur.
------------------------------------------------------------------
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan untuk bertaubat kepada
Allah SWT. Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan untuk mencari Ridha
Allah SWT. Saya dilahirkan di Magelang pada
06 April 1999, atas nama Anas Tasya Alba Mughofaroh di kasur empuk dalam
dekapan Bunda. Saat ini saya menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin,
jurusan Tafsir Quran dan Hadis di Surabaya. Menjadi Hafidzah merupakan salah
satu cita- cita saya dari sekian banyak cita- cita, alkhamdulillah saat ini
saya sedang menempuhnya. Hidup memang butuh perjuangan dan tentunya harus lebih
baik dari sebelumnya J. Man
Jadda wa Jadda, itulah prinsip saya. Saya pernah menjadi pemenang Lomba juara 1
menulis artikel literasi tentang perpustakaan tahun 2015 tingkat Kota Magelang.
Juara 1 Lomba menulis artikel literasi perpustakaan tahun 2016. Juara 4 Tingkat
Provinsi Jawa Tengah Lomba artikel
populer tahun 2015. Menjadi peserta lomba menulis book publisher II. Dari lomba
yang saya ikuti, banyak pengalaman yang saya dapatkan. Jikalau ada pertanyaan,
siapa inspirasi Anda? Saya pasti akan menjawab dengan lantang, IBU SAYA. Saat
ini saya menggunakan nama pena “Acha Motaracita”. Selamat berkarya!!:)
Untuk info lebih lanjut silahkan hubungi:
Fb: Anas Tasya
Alba M
IG: tasyaanas899
No Hp/ WA: 085643770037
Email: tasyaanas899@gmail.com
WassalamualaikumWarrahmatullah Wabarakatuh.:)
Minggu, 25 Maret 2018
makalah tentang karangan (pengertian, jenis-jenis,, langkah-langkah,praktik menulis)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bagi seorang pengarang, menulis
sebuah karangan yang baik dan benar adalah hal yang menjadi prioritas utama.
Untuk menulis sebuah karangan yang baik dibutuhkan kemampuan dan ketelitian
selama pembuatan sebuah karangan serta menikmati pembuatan dari karanagan itu
sendiri. Selain itu, dalam pembuatan karangan harus memenuhi ciri-ciri yang
telah ditentukan agar mampu menjadi karangan yang baik. Karangan yang baik
adalah karangan yang mencerminkan pengarang untuk menggunakan nada yang serasi,
karangan yang mampu mencerminkan pengarang mampu menyusun karangan secara utuh
dan tidak samar-samar dan mampu meyakinkan pembaca.
Di zaman modern ini, hak untuk
menulis sudah memiliki kebasan yang benar-benar bebas. Meskipun begitu,tidak
begitu saja terlepas dari syarat- syarat yaang telah ditentukan.Untuk
menjadikan karangan yang berkualitas, pengarang tetap harus memperhatikan
kaidah- kaidah yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami
membahas tentang hal- hal yang berkaitan dengan karangan pendek. Semoga
bermanfaat,aamiin.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian karangan?
2.
Bagaimana
pembagian jenis- jenis karangan?
3.
Bagaimana
langkah- langkah membuat suatu karangan?
4.
Apa
praktik menulis karangan pendek?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Karangan
Pada dasarnya karangan dan wacana
itu maknanya sama. Yaitu: Rangkaian tuturan atau kalimat yang mengungkapkan
suatu hal yang disajikan secara teratur, sistematis dan padu. Wacana atau
karangan merupakan satuan bahasa yang terluas dan terlengkap. Sebuah
karangan/wacana yang baik memiliki ide, gagasan, pendapat atau pikiran serta
amanat yang menjiwai tubuh karangan, atau dalam istilah disebut TEMA.[1]
Karangan merupakan suatu proses menyusun, mencatat, dan
mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda
konvensional yang dapat dilihat. Karangan terdiri dari paragraf-paragraf yang
mencerminkan kesatuan makna yang utuh.
Karangan adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata demi
kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi sebuah
wacana yang dibaca dan dipahami.[2]
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan karangan adalah hasil rangkaian kegiatan seseorang
dalam mengungkapkan gagasan atau buah
pikirannya melalui bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang
lain yang membacanya serta bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh.
Berarti
pengertian karangan ada tiga poin, yaitu kegiatan menulis, mempunyai gagasan, dan
memiliki tema.
B.
Jenis- Jenis
Karangan
Jenis-jenis karangan itu sendiri dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
berdasarkan wujudnya dan berdasarkan penyajiannya.[3]
1.
Berdasarkan
Wujudnya
a)
Prosa, adalah jenis karangan yang
disusun dalam bentuk bebas terperinci. Terbagi dua:
Fiksi, adalah karangan yang disusun
dalam bentuk alur yang menekankan aturan sistematika penceritaan. Contohnya
novel, cerpen.
Nonfiksi, adalah karangan yang
menekankan aturan sistematika ilmiah, dan aturan kelogisan. Contohnya esey,
laporan penelitian, dan biografi.
b)
Puisi, adalah karangan yang mengutamakan
keindahan bentuk dan bunyi serta kepadatan makna.
c)
Drama, adalah karangan yang berupa
dialog sebagai pembentuk alurnya.
Perbedaan
antara Novel dan Cerpen:
Novel adalah
karangan yang mrngandung serangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-
orang yang ada disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku.
Adapun cerpen
hanya menceritakan cerita seseorang atau beberapa orang tokoh dalam suatu
situasi dan satu saat.[4]
Persamaan antara Novel dan Cerpen:
keduanya dibangun dengan dua unsur-unsur penting yaitu unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik.
:
2.
Berdasarkan
Cara Penyajiannya
a)
Karangan Narasi (cerita)adalah
karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang biasanya disusun
menurut urutan waktu (kronologis) dengan
tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan itu.[5]
§ Dua bentuk
narasi, yaitu narasi sugestif dan narasi ekspositoris.
1.
Narasi Sugesti
§ Narasi sugesti
atau imajinatif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sedemikian
rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca.
§ Menitikberatkan
penggunaan kata-kata konotatif.
§ Narasi sugestif
berupa wacana fiktif seperti dongeng, cerpen, novel, dan roman.
2.
Narasi Ekspositoris
§ Ekspositoris
adalah bentuk karangan yang sebaliknya dari karangan narasi sugestif.
§ Narasi
ekspositoris bersifat nonfiktif yang disajikan dengan bahasa denotatif dan
tujuan utama bukan menimbulkan daya imajinasi, melainkan menambah pengetahuan
pembaca dengan pemaparan yang rasional.
§ Narasi
ekspositoris seperti sejarah, biografi, dan autobiografi.
b.)
Karangan
Deskripsi (lukisan/gambaran)adalah bentuk tulisan yang melukiskan objek yang
sebenarnya dengan tujuan untuk memperluas pengalaman dan pengetahuan pembaca.
Dua sikap yang
dapat mempengaruhi pikiran penulis, yaitu sikap objektif dan sikap subjektif
• Subjektif
(deskripsi realistis), sesuai dengan keadaan yang dilihatnya.
• Objektif
(deskripsi impresionistis), penulis turut menginterpretasi pandangan dirinya
terhadap benda yang dilukiskannya.
Contoh: cerita
tentang kesibukan di pasar, keadaan banjir, deskripsi alam.
c.)
Karangan
Eksposisi(paparan) adalah bentuk karangan yang memaparkan atau
memberitahukan suatu informasi kepada pembaca dengan tujuan memperluas wawasan
pembaca tanpa ada pemaksaan.
Contoh karangan
eksposisi di dalam media massa seperti pembentukan informasi terkini, tips, dan
opini.
d.)Karangan
Persuasi (ajakan/rayuan) adalah karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi
pembaca.[6]
Tiga hal yang harus diperhatikan :
1.
Kredibilitas penulis;
2.
Kemampuan penulis menyugesti
pembaca;
3.
Bukti-bukti.
Contoh : Persuasi iklan, persuasi
politik, persuasi poster.
e). Karangan Argumentasi, adalah
karangan yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca
meyakini kebenaran itu. Pembuktian memerlukan data dan fakta yang meyakinkan.[7]
Terdapat tiga
inti karangan argumentasi :
1.
Bagian pendahuluan yang membahas
pentingnya persoalan, lalu latar belakang historis, dan penetapan secara tepat
titik ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan.
- Bagian
tubuh argumen : pembahasan masalah dengan menyajikan fakta-fakta yang
dapat diuji kebenarannya dengan cara induksi, deduksi, analogi dll.
- Simpulan.
Contoh karangan
argumentasi: Karya Ilmiah, Laporan Penelitian, dll.
C.
Langkah-
Langkah Mengarang
Untuk menyusun sebuah karangan dibutuhkan langkah-
langkah awal untuk membentuk karangan yang teratur dan sistematis. Maka,
alangkah baiknya sebelum membuat karangan untuk membuat daftar- daftar susunan
yang dapat memudahkan dalam mengembangkan karya yang akan dibuat. Susunan-susunan
tersebut dapat dikatakan sebagai kerangka karangan.
1.
Menentukan
Topik, Tema, dan Tujuan Karangan
|
|
|
4.
mengembangkan kerangka karangan dan membuat kesimpulan
|
D.
Praktik Menulis
Karangan Pendek (Cerpen)
Cerpen atau cerita pendek termasuk
salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Cerpen adalah
karangan pendek berbentuk prosa yang membatasi diri dalam membahas salah satu
unsur fiksi dalam aspek yang terkecil. Maksudnya, karena ukuran cerpen yang
lebih pendek daripada novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci
unsur-unsur pembangun didalamnya.[8]
Walaupun begitu, kelebihan cerpen pun berasal
dari keringkasan ceritanya, yaitu dapat mengemukakan secara lebih banyak−secara
implisit−dari sekedar apa yang diceritakan.[9]
Unsur- unsur penting cerpen:
1.Intrinsik:
plot/alur, tokoh dan penokohan, latar/setting, sudut pandang, tema, dan amanat.
2. Ekstrinsik:
biografi pengarang, ideologi, agama, kedudukan pengarang dan waktu pembuatan.
Penjelasan singkat:
1.
Alur/ plot: rangkaian peristiwa yang
membentuk cerita. Alur dibagi menjadi:
v Alur
Maju/progresif: alur yang ceritanya/peristiwanya berjalan teratur dari awal
sampai akhir
v Alur
Mundur/regresif: alur yang menceritakan peristiwa pada masa lampau
v Alur Sorot
balik/Flash Back: alur yang terjadi karena pengarang mendahulukan bagian akhir
cerita dan baru kembali pada awal cerita.
v Alur Klimaks:
alur yang susunan cerita/peristiwa menanjak dari peristiwa biasa ke peristiwa
yang luar biasa/penting.
v Alur
antiklimaks: alur yang jalinan ceritanya makin
menurun dari peristiwa penting/ yang menonjol kemudian menjadi kendur
dan berakhir dengan peristiwa biasa.
v Alur Kronologis: alur yang jalinan/susunan
peristiwa berjalan dengan urutan sesuai urutan waktu.
2.
Tokoh dan penokohan
v Tokoh: para
pelaku yang ada dalam cerita
Berdasarkan
peranannya tokoh dibedakan menjadi dua: tokoh utamadan tokoh sampingan.
Berdasarkan sifatnya: tokoh protagonis(baik), antagonis(jahat) dan tritagonis
(penengah) diantara keduanya yang biasanya ditampilkan dengan gaya humor.
v Penokohan: cara
pengarang melukiskan tokoh-tokoh dalam cerita
yang ditulisnya .
3.
Lattar/setting: tempat, waktu,
suasana. Contoh: Dihutan pada malam yang mencekam. Analisisnya: bertempat di
hutan, waktu malam hari, keadaan mencekam.
4.
Sudut Pandang: Bagaimana pengarang
menempatkan dirinya dalam cerita yang ditulis. Ada empat tipe sudut pandang:,
yaitu: sudut pandang orang pertama sentral, sudut pandang orang pertama sebagai
pembantu/sampingan, sudut pandang orang ketiga serba tahu, sudut pandang orang
ketiga terbatas.
Rasionalisnya: cerita digolongkan
menggunakan sudut pandang orang pertama sentral apabila dalam ceritanya
pengarang terlibat langsung dan menjadi tokoh utama. Dikategorikan menggunakan
sudut pandang orang pertama sebagai pembantu/sampingan apabila seorang tokoh
“aku” hanya menjadi pembantu yang mengantarkan tokoh lainyang lebih penting.
Dikategorikan menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu apabila
pengarang berada diluar cerita dan menjadi pengamat yang tahusegalanya, bahkan
biasanya berdialog langsung dengan pembacanya. Sedangkan sudut pandang orang
ketiga terbatas yaitu orang yang menjadi pencerita yang terbatas hak ceritanya.
Ia hanya menceritakan apa yang dialami tokoh yang menjadi acuan cerita.
5.
Gaya Bahasa: cara khas dalam
mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui bahas/ pilihan kata/ diksi daklam
bentuk lisan atau tulisan.
6.
Tema: gagasan, ide, atau pikiran
utama, yang digunakan sebagai payung atau dasar acuan dalam menulis cerita.
7.
Amanat: pesan yang ingin disampaikan
oleh pengarang kepada pembaca melalui ceritanya.
Ciri- ciri
cerpen:
1. Bentuk tulisan singkat, padat, dan lebih pendek daripada novel.
2. Tulisan kurang dari 10.000 kata.
3. Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik pengalaman
sendiri maupun
orang lain.
4. Tidak melukiskan seluruh kehidupan pelakunya karena mengangkat
masalah
tunggal
atau sarinya saja.
5. Habis dibaca sekali duduk dan hanya mengisahkan sesuatu yang
berarti bagi
pelakunya.
6. Tokoh-tokohnya dilukiskan mengalami konflik sampai pada
penyelesaiannya.
7. Penggunaan kata-katanya sangat ekonomis dan mudah dikenal
masyarakat.
8. Meninggalkan kesan mendalam dan efek pada perasaan pembaca.
9. Menceritakan satu kejadian dari terjadinya perkembangan jiwa dan
krisis,
tetapi tidak sampai menimbulkan perubahan nasib.
10.Beralur tunggal dan lurus.
11.Penokohannya sangat sederhana, singkat, dan tidak mendalam.[10]
Unsur- unsur
cerpen: Abstrak^Oriestasi^Komplikasi^Evaluasi^Resolusi^Koda[11]
Bagian Abstrak
merupakan ringkasan atau inti cerita.
Bagian orientasi merupakan struktur yang berisi pengenalan latar cerita
berkaitan dengan waktu, ruang,dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerpen.
Perlu diingat, bahwa latar digunakan pengarang untuk menghidupkan cerita dan
meyakinkan pembaca. Selanjutnya, kompilkasi. Komplikasi berisi urutan kejadian,
tetapi setiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat. Dalam
komplikasi inilah berbagai kerumitan muncul atau yang biasa kita sebut konflik.
Ketika konflik mencapai timgkat intensitas yang tertinggi. Klimaks ini
merupakan keadaan mempertemukan berbagai konflik dan menentukan bagaiman
konflik tersebut diselesaikan dalam sebuah cerita. Untuk mencapai sebuah
selesaian atau leraian, diperlukan evaluasi. Pada tahapan evaluasi ini, konflik yang terjadi
diarahkan pada pemecahannya sehingga mulai tampak penyelesaiannya. Kemudian,
struktur berikutnya adalah resolusi. Pada resolusi, pengarang akan
mengungkapkan solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh. Resolusi
berkaitan dengan koda. Ada juga yang menyebut istilah koda dengan istilah
reorientasi. Koda merupakan nilai- nilai pelajaran yang dapat dipetik oleh
pembaca dari sebuah teks. Sama halnya dengan tahapan abstrak, koda ini bersifat
opsional.
Contoh Cerpen
(karangan pendek):
Are You
Busy or Ignoring Me?
Oleh:Anas
Tasya Alba Mughofaroh
“Panas
sekali hari ini, bukankah seperti itu, Rahil?”
“Bukankah
panas seperti ini sudah biasa? Mengapa kau mempermasalahkannya?”
“Panas
kali ini berbeda Rahil, lihat mereka!”
“Oh,
ternyata sumber kepanasan yang kau rasakan dari situ. Sudah ah, aku pulang
dulu.” Rahil merapikan sarungnya dan bergegas meninggalkan Musola
“Rahil, tunggu aku!” Abi mengejar Rahil yang
sudah berjalan mendahuluinya. “Mengapa Kau tergesa-gesa? Sebentar lagi mereka
akan melakukan hal yang lebih panas. Kau tidak ingin melihatnya Rahil?”
Dengan
tajam Rahil bertanya, “Apakah Kau pernah
melihatnya?”
“Tentu
Saja, Rahil. Mereka akan melakukan....”
“Apakah
Kau pernah melihatnya??? Untuk apa Kau melihat hal seperti itu? Untuk apa Kau
mengotori kedua matamu kepada hal-hal yang tidak berguna?” Pertanyaan tersebut
memotong pernyataan Abi.
Abi kaget
karena pernyataanya telah dipotong oleh Rahil sekaligus diberi pertanyaan yang
sangat menohok hatinya. Rahil memang dikenal sebagi orang yang tegas dan tajam
dalam berbicara, apalagi dalam menyuarakan kebenaran.
“Eh,
Maafkan aku Rahil. Aku memang pernah melihat mereka melakukan sesuatu hal yang
tak perlu di jelaskan karena...karena...karena aku pernah menjadi salah satu
bagian dari mereka. Maafkan aku, Rahil. Maafkan aku, mengatakan sesuatu hal
yang seharusnya tidak kukatakan.”
“Sudahlah,
aku juga hanya memperingatkanmu. Sesuatu hal yang tidak baik harus segera
dilupakan sebelum hal tersebut memintamu kembali untuk melakukannya. Apakah kau
menginginkan hak itu kembali terjadi, Abi?”
“Tentu
saja tidak, Rahil. Doakan agar aku mampu beristiqomah menuju Ridha Allah.”
“Saling
mendoakan, bukankah lebih baik?” jawab Rahil.
“Na’am
Ya Akhi. Ilaa ayna anta?”
“Ke
Panti Asuhan. Mengajar Tahfidz. Kau ingin ikut dengan ku?” Meskipun usia Rahil
masih muda, 23 tahun. Ilmunya sudah sangat banyak dibandingkan mereka seusianya.
Saat ini beliau menjadi relawan di panti asuhan di Jawa Timur untuk mengajarkan
Al-Quran dengan metode tilawati. Selain itu, Rahil juga menjadi pengajar tetap
di Griya Quran.
“Tidak
sekarang, Rahil. Hari ini aku ada pertemuan di balai kota.”
“Baiklah,
Assalamualaikum.”
“Walaikumsalam
warahmatullahi wabarakatuh.”
Bagi
Rahil, memberi manfaat bagi sekelilingnya adalah suatu kewajiban. Menebar
kebaikan adalah sebuah tanggung jawab. Menjadi sumber kebahagian adalah suatu
keharusan.
“Semoga
Abi bisa istiqomah,Ya Rabb.” Ujar Rahil dalam batin.
Abi
memang baru saja berhijrah. Menemukan jati dirinya yang sempat tersesat pada
jalan yang kelam. Rahil menemukan Abi bearada dipojok jembatan yang sepi dalam
keadaan menggigil dan hanya menggunakan celana pendek, pada suatu malam. Entah
dimana keberadaan baju dan tas milik Abi. Saat itu, Rahil memang mengendarai
sepeda ontelnya dengan perlahanuntuk menikmati indahnya pemandangan
malam. Dia baru saja pulang dari tugasnya mengajar di panti asuhan. Tanpa
banyak bertanya, Rahil menggendong Abi untuk membonceng sepeda ontelnya. Abi
yang sudah sangat tak berdaya, membiarkan saja tanpa kata.
Hingga
keesokan harinya, setelah Rahil melaksanakan Solat Subuh dan Muroja’ah bacaan
AlQuraanya, Abi bertanya kepadanya. Mengapa Rahil menolongnya. Mengapa Rahil
menolong orang yang tidak dikenal. “Engkau adalah saudaraku.” Jawab Rahil.
“Hanya
itu?” Tanya Abi dengan mengernyitkan dahi. Dia tidak mengerti, mengapa jawaban
yang diberikan tidak masuk akal. Sejak kapan aku menjadi saudaranya? Lagi pula
aku tidak mengenalnya.
“Setiap
orang muslim adalah saudara. Jika engkau susah aku merasa susah. Jika engkau
sakit aku merasa sakit. Jika engkau sedih aku merasa sedih. Jika engkau bahagia
maka aku akan bahagia. Kita adalah satu anggota tubuh yang saling merasakan.”
Ucap Rahil dengan mantap tanpa mengalihkan pandangannya dari mushaf AlQuran.
“Bagaimna
kau tahu.... kalau aku seorang muslim?”
“Apa
kau tidak tahu? Kita satu kampus, aku pernah melihatmu bersama dengan
teman-teman mu duduk bersenda gurau di depan masjid, ditambah lagi aku pernah
melihatmu mengikuti kegiatann wajib kampus dalam acara mabit di bulan
Ramadhann.”
Jawaban
Rahil membuat Abi kagum. Bahkan dirinya tidak mengenal Rahi akan tetapi mau
menolongnya. Ternyata Allah menurunkan Hidayah kepada Abi melalui Rahil. Abi
menangis. Dia teringat kejadian malam tadi. Bahkan teman- teman satu gengnya
yang sudah sangat dikenal meninggalkannya untuk mencuri uang dan mobil
miliknya. Sedangkan Rahil? Dia hanya orang baru untuk Abi.
“Aku
menyesal, tidak memanfaatkan waktuku dengan baik. Aku menyia- nyiakan waktu ku
pada suatu hal yang sangat tidak berguna. Aku menyia- nyiakan waktu yang
diberikan oleh Tuhanku yang seharusnya diisi dengan kebaikan.” Abi mengatakan
itu semua dengan penuh penyesalan, airmata mengalir dipipinya.
“Kembalilah
Kepada Tuhanmu, Saudaraku. Allah menunggu taubatmu saudaraku. Allah selalu
menerima Orang yang bertaubat dengan sungguh-
sungguh.”
Ucapan
Rahil menenangkan Abi.
“Aku
sibuk Rahil.”
“Sibuk?”
Rahil mengernyitkan dahinya.
“Iya
Rahil, Aku sibuk. Sibuk dengan urusanku sendiri. Sibuk untuk bersenda gurau
dengan perempuan-perempuan. Sibuk bermain gadget sepanjang hari untuk
mengaploud kegiatan ku sehari- hari. Sibukku tidak berguna. Dengan
sengaja...aku sibuk untuk mengacuhkan Tuhanku. Ya allah.. Ya Tuhanku... Ya
Allah Yang Maha pengampun. Maafkan lah hamba mu ini...” Ucap Abi dengan
menangis tesedu-sedu.
“Mari
saudaraku, kita niatkan hati untuk kembali kepada Nya karena sesungguhnya Allah
yang Maha Mulia itu “cemburu”. Kecemburuan Allah yaitu jika orang mukmin melakukan
apa yang diharamkan. Hati manakah yang tak pernah ada lintasan cemburu, sebuah
gejolak bergemuruh yang begitu saja mengubah cinta menjadi letupan- letupan
murka? Saat ini ubah sibukmu menjadi benar- benar sibuk untuk selalu
menginatNya dalam keadaan apapun. bukan pura- pura sibuk untuk mengacuhkan
Tuhan mu.”
Dalam
perjalanan menuju Panti Asuhan kali ini, Rahil terlihat lebih baik daripada
biasanya. Rahil menatap langit, beberapa awan bergerak, menghalau sinar
matahari. Rahil berde\dhem, mengembalikan fokusnya. Kemudian Rahil mengucapkan
Hamdalah sepanjang perjalanan. Rahil sangat bersyukur.
------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Maryanto,dkk.
2014.Bahasa Indonesia SMA –Ekspresi Diri dan Akademik.Jakarta:
Kementrian pendidikan.
Hadi M Choirul.2008. Melejit Bersama Kami ‘Bahasa Indonesia’,
Surabaya: Al Hikmah.
Keraf
Gorys. 1994. Argumentasi dan Narasi, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,
[2] Gorys
Keraf, Argumentasi dan Narasi,( Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,1994)
hal. 2
[3] M
Choirul Hadi, Melejit Bersama Kami ‘Bahasa Indonesia’:Surabaya, Al Hikmah
(2008:76)
[4] Ibid,
(2008: 29)
[6]M Choirul
Hadi. Melejit Bersama Kami ‘Bahasa Indonesia’:Surabaya, Al Hikmah
(2008:75)
[7]Ibid,76
[8]Maryanto,dkk.
Bahasa Indonesia SMA –Ekspresi Diri dan Akademik(Jakarta: Kementrian
pendidikan, 2014) hal.6
[10]
Maryanto,dkk. Bahasa Indonesia SMA –Ekspresi Diri dan Akademik.Jakarta:
Kementrian pendidikan. (2014:6)
[11]
Ibid.(2014:13)
Langganan:
Postingan (Atom)
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi seorang pengarang, menulis sebuah karangan yang baik dan benar adalah hal yang menjad...
-
AL QURAN DAN ILMU PENGETAHUAN MODERN MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ulumul Quran” ...
-
Are You Busy or Ignoring Me? “Panas sekali hari ini, bukankah seperti itu, Rahil?” “Bukankah panas seperti ini sudah biasa? Mengapa ka...