Minggu, 25 Maret 2018

makalah tentang karangan (pengertian, jenis-jenis,, langkah-langkah,praktik menulis)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bagi seorang pengarang, menulis sebuah karangan yang baik dan benar adalah hal yang menjadi prioritas utama. Untuk menulis sebuah karangan yang baik dibutuhkan kemampuan dan ketelitian selama pembuatan sebuah karangan serta menikmati pembuatan dari karanagan itu sendiri. Selain itu, dalam pembuatan karangan harus memenuhi ciri-ciri yang telah ditentukan agar mampu menjadi karangan yang baik. Karangan yang baik adalah karangan yang mencerminkan pengarang untuk menggunakan nada yang serasi, karangan yang mampu mencerminkan pengarang mampu menyusun karangan secara utuh dan tidak samar-samar dan mampu meyakinkan pembaca.
Di zaman modern ini, hak untuk menulis sudah memiliki kebasan yang benar-benar bebas. Meskipun begitu,tidak begitu saja terlepas dari syarat- syarat yaang telah ditentukan.Untuk menjadikan karangan yang berkualitas, pengarang tetap harus memperhatikan kaidah- kaidah yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami membahas tentang hal- hal yang berkaitan dengan karangan pendek. Semoga bermanfaat,aamiin.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian karangan?
2.      Bagaimana pembagian jenis- jenis karangan?
3.      Bagaimana langkah- langkah membuat suatu karangan?
4.      Apa praktik menulis karangan pendek?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Karangan
Pada dasarnya karangan dan wacana itu maknanya sama. Yaitu: Rangkaian tuturan atau kalimat yang mengungkapkan suatu hal yang disajikan secara teratur, sistematis dan padu. Wacana atau karangan merupakan satuan bahasa yang terluas dan terlengkap. Sebuah karangan/wacana yang baik memiliki ide, gagasan, pendapat atau pikiran serta amanat yang menjiwai tubuh karangan, atau dalam istilah disebut TEMA.[1]
Karangan merupakan suatu proses menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvensional yang dapat dilihat. Karangan terdiri dari paragraf-paragraf yang mencerminkan kesatuan makna yang utuh.
Karangan adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata demi kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami.[2]
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan karangan adalah hasil rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan  gagasan atau buah pikirannya melalui bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain yang membacanya serta bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh.
Berarti pengertian karangan ada tiga poin, yaitu kegiatan menulis, mempunyai gagasan, dan memiliki tema.


B.     Jenis- Jenis Karangan
Jenis-jenis karangan itu sendiri dibagi menjadi dua bagian, yaitu: berdasarkan wujudnya dan berdasarkan penyajiannya.[3]
1.      Berdasarkan Wujudnya
a)   Prosa, adalah jenis karangan yang disusun dalam bentuk bebas terperinci. Terbagi dua:
Fiksi, adalah karangan yang disusun dalam bentuk alur yang menekankan aturan sistematika penceritaan. Contohnya novel, cerpen.
Nonfiksi, adalah karangan yang menekankan aturan sistematika ilmiah, dan aturan kelogisan. Contohnya esey, laporan penelitian, dan biografi.
b)    Puisi, adalah karangan yang mengutamakan keindahan bentuk dan bunyi serta kepadatan makna.
c)   Drama, adalah karangan yang berupa dialog sebagai pembentuk alurnya.

Perbedaan antara Novel dan Cerpen:
Novel adalah karangan yang mrngandung serangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang- orang yang ada disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Adapun cerpen hanya menceritakan cerita seseorang atau beberapa orang tokoh dalam suatu situasi dan satu saat.[4]

Persamaan antara Novel dan Cerpen: keduanya dibangun dengan dua unsur-unsur penting yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

:
2.    Berdasarkan Cara Penyajiannya
a)        Karangan Narasi (cerita)adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang biasanya disusun menurut urutan waktu (kronologis)  dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan itu.[5]
§ Dua bentuk narasi, yaitu narasi sugestif dan narasi ekspositoris.
1.      Narasi Sugesti
§ Narasi sugesti atau imajinatif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca.
§ Menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.
§ Narasi sugestif berupa wacana fiktif seperti dongeng, cerpen, novel, dan roman.

2.      Narasi Ekspositoris
§ Ekspositoris adalah bentuk karangan yang sebaliknya dari karangan narasi sugestif.
§ Narasi ekspositoris bersifat nonfiktif yang disajikan dengan bahasa denotatif dan tujuan utama bukan menimbulkan daya imajinasi, melainkan menambah pengetahuan pembaca dengan pemaparan yang rasional.
§ Narasi ekspositoris seperti sejarah, biografi, dan autobiografi.

b.)   Karangan Deskripsi (lukisan/gambaran)adalah bentuk tulisan yang melukiskan objek yang sebenarnya dengan tujuan untuk memperluas pengalaman dan pengetahuan pembaca.
Dua sikap yang dapat mempengaruhi pikiran penulis, yaitu sikap objektif dan sikap subjektif
  Subjektif (deskripsi realistis), sesuai dengan keadaan yang dilihatnya.
  Objektif (deskripsi impresionistis), penulis turut menginterpretasi pandangan dirinya terhadap benda yang dilukiskannya.
Contoh: cerita tentang kesibukan di pasar, keadaan banjir, deskripsi alam.
c.)    Karangan Eksposisi(paparan) adalah bentuk karangan yang memaparkan atau memberitahukan suatu informasi kepada pembaca dengan tujuan memperluas wawasan pembaca tanpa ada pemaksaan.
Contoh karangan eksposisi di dalam media massa seperti pembentukan informasi terkini, tips, dan opini.
d.)Karangan Persuasi (ajakan/rayuan) adalah karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca.[6]
Tiga hal yang harus diperhatikan :
1.    Kredibilitas penulis;
2.    Kemampuan penulis menyugesti pembaca;
3.    Bukti-bukti.
Contoh : Persuasi iklan, persuasi politik, persuasi poster.
e). Karangan Argumentasi, adalah karangan yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu. Pembuktian memerlukan data dan fakta yang meyakinkan.[7]
Terdapat tiga inti karangan argumentasi :
1.    Bagian pendahuluan yang membahas pentingnya persoalan, lalu latar belakang historis, dan penetapan secara tepat titik ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan.
  1. Bagian tubuh argumen : pembahasan masalah dengan menyajikan fakta-fakta yang dapat diuji kebenarannya dengan cara induksi, deduksi, analogi dll.
  2. Simpulan.
Contoh karangan argumentasi: Karya Ilmiah, Laporan Penelitian, dll.
C.    Langkah- Langkah Mengarang
Untuk menyusun sebuah karangan dibutuhkan langkah- langkah awal untuk membentuk karangan yang teratur dan sistematis. Maka, alangkah baiknya sebelum membuat karangan untuk membuat daftar- daftar susunan yang dapat memudahkan dalam mengembangkan karya yang akan dibuat. Susunan-susunan tersebut dapat dikatakan sebagai kerangka karangan.

1.        Menentukan Topik, Tema, dan Tujuan Karangan


  1. Merumuskan Judul Karangan


  1. Menyusun Kerangka Karangan


4. mengembangkan kerangka karangan dan membuat kesimpulan
 








D.    Praktik Menulis Karangan Pendek (Cerpen)
Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Cerpen adalah karangan pendek berbentuk prosa yang membatasi diri dalam membahas salah satu unsur fiksi dalam aspek yang terkecil. Maksudnya, karena ukuran cerpen yang lebih pendek daripada novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun didalamnya.[8]
 Walaupun begitu, kelebihan cerpen pun berasal dari keringkasan ceritanya, yaitu dapat mengemukakan secara lebih banyak−secara implisit−dari sekedar apa yang diceritakan.[9]
               Unsur- unsur penting cerpen:
1.Intrinsik: plot/alur, tokoh dan penokohan, latar/setting, sudut pandang,    tema, dan amanat.
2. Ekstrinsik: biografi pengarang, ideologi, agama, kedudukan pengarang dan waktu pembuatan.
            Penjelasan singkat:
1.      Alur/ plot: rangkaian peristiwa yang membentuk cerita. Alur dibagi menjadi:
v  Alur Maju/progresif: alur yang ceritanya/peristiwanya berjalan teratur dari awal sampai akhir
v  Alur Mundur/regresif: alur yang menceritakan peristiwa pada masa lampau
v  Alur Sorot balik/Flash Back: alur yang terjadi karena pengarang mendahulukan bagian akhir cerita dan baru kembali pada awal cerita.
v  Alur Klimaks: alur yang susunan cerita/peristiwa menanjak dari peristiwa biasa ke peristiwa yang luar biasa/penting.
v  Alur antiklimaks: alur yang jalinan ceritanya makin  menurun dari peristiwa penting/ yang menonjol kemudian menjadi kendur dan berakhir dengan peristiwa biasa.
v   Alur Kronologis: alur yang jalinan/susunan peristiwa berjalan dengan urutan sesuai urutan waktu.
2.    Tokoh dan penokohan
v Tokoh: para pelaku yang ada dalam cerita
Berdasarkan peranannya tokoh dibedakan menjadi dua: tokoh utamadan tokoh sampingan. Berdasarkan sifatnya: tokoh protagonis(baik), antagonis(jahat) dan tritagonis (penengah) diantara keduanya yang biasanya ditampilkan dengan gaya humor.
v Penokohan: cara pengarang melukiskan tokoh-tokoh dalam cerita  yang ditulisnya .
3.    Lattar/setting: tempat, waktu, suasana. Contoh: Dihutan pada malam yang mencekam. Analisisnya: bertempat di hutan, waktu malam hari, keadaan mencekam.
4.    Sudut Pandang: Bagaimana pengarang menempatkan dirinya dalam cerita yang ditulis. Ada empat tipe sudut pandang:, yaitu: sudut pandang orang pertama sentral, sudut pandang orang pertama sebagai pembantu/sampingan, sudut pandang orang ketiga serba tahu, sudut pandang orang ketiga terbatas.
Rasionalisnya: cerita digolongkan menggunakan sudut pandang orang pertama sentral apabila dalam ceritanya pengarang terlibat langsung dan menjadi tokoh utama. Dikategorikan menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pembantu/sampingan apabila seorang tokoh “aku” hanya menjadi pembantu yang mengantarkan tokoh lainyang lebih penting. Dikategorikan menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu apabila pengarang berada diluar cerita dan menjadi pengamat yang tahusegalanya, bahkan biasanya berdialog langsung dengan pembacanya. Sedangkan sudut pandang orang ketiga terbatas yaitu orang yang menjadi pencerita yang terbatas hak ceritanya. Ia hanya menceritakan apa yang dialami tokoh yang menjadi acuan cerita.
5.    Gaya Bahasa: cara khas dalam mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui bahas/ pilihan kata/ diksi daklam bentuk lisan atau tulisan.
6.    Tema: gagasan, ide, atau pikiran utama, yang digunakan sebagai payung atau dasar acuan dalam menulis cerita.
7.    Amanat: pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui ceritanya.
Ciri- ciri cerpen:
1. Bentuk tulisan singkat, padat, dan lebih pendek daripada novel.
2. Tulisan kurang dari 10.000 kata.
3. Sumber cerita dari kehidupan sehari-hari, baik pengalaman sendiri maupun
orang lain.
4. Tidak melukiskan seluruh kehidupan pelakunya karena mengangkat masalah
tunggal atau sarinya saja.
5. Habis dibaca sekali duduk dan hanya mengisahkan sesuatu yang berarti bagi
pelakunya.
6. Tokoh-tokohnya dilukiskan mengalami konflik sampai pada penyelesaiannya.
7. Penggunaan kata-katanya sangat ekonomis dan mudah dikenal masyarakat.
8. Meninggalkan kesan mendalam dan efek pada perasaan pembaca.
9. Menceritakan satu kejadian dari terjadinya perkembangan jiwa dan krisis,
tetapi tidak sampai menimbulkan perubahan nasib.
10.Beralur tunggal dan lurus.
11.Penokohannya sangat sederhana, singkat, dan tidak mendalam.[10]
Unsur- unsur cerpen: Abstrak^Oriestasi^Komplikasi^Evaluasi^Resolusi^Koda[11]
Bagian Abstrak merupakan ringkasan atau inti cerita.  Bagian orientasi merupakan struktur yang berisi pengenalan latar cerita berkaitan dengan waktu, ruang,dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerpen. Perlu diingat, bahwa latar digunakan pengarang untuk menghidupkan cerita dan meyakinkan pembaca. Selanjutnya, kompilkasi. Komplikasi berisi urutan kejadian, tetapi setiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat. Dalam komplikasi inilah berbagai kerumitan muncul atau yang biasa kita sebut konflik. Ketika konflik mencapai timgkat intensitas yang tertinggi. Klimaks ini merupakan keadaan mempertemukan berbagai konflik dan menentukan bagaiman konflik tersebut diselesaikan dalam sebuah cerita. Untuk mencapai sebuah selesaian atau leraian, diperlukan evaluasi. Pada  tahapan evaluasi ini, konflik yang terjadi diarahkan pada pemecahannya sehingga mulai tampak penyelesaiannya. Kemudian, struktur berikutnya adalah resolusi. Pada resolusi, pengarang akan mengungkapkan solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh. Resolusi berkaitan dengan koda. Ada juga yang menyebut istilah koda dengan istilah reorientasi. Koda merupakan nilai- nilai pelajaran yang dapat dipetik oleh pembaca dari sebuah teks. Sama halnya dengan tahapan abstrak, koda ini bersifat opsional.












Contoh Cerpen (karangan pendek):
                                        Are You Busy or Ignoring Me?     
Oleh:Anas Tasya Alba Mughofaroh
“Panas sekali hari ini, bukankah seperti itu, Rahil?”
“Bukankah panas seperti ini sudah biasa? Mengapa kau mempermasalahkannya?”
“Panas kali ini berbeda Rahil, lihat mereka!”
“Oh, ternyata sumber kepanasan yang kau rasakan dari situ. Sudah ah, aku pulang dulu.” Rahil merapikan sarungnya dan bergegas meninggalkan Musola
 “Rahil, tunggu aku!” Abi mengejar Rahil yang sudah berjalan mendahuluinya. “Mengapa Kau tergesa-gesa? Sebentar lagi mereka akan melakukan hal yang lebih panas. Kau tidak ingin melihatnya Rahil?”
Dengan tajam Rahil bertanya,  “Apakah Kau pernah melihatnya?”
“Tentu Saja, Rahil. Mereka akan melakukan....”
“Apakah Kau pernah melihatnya??? Untuk apa Kau melihat hal seperti itu? Untuk apa Kau mengotori kedua matamu kepada hal-hal yang tidak berguna?” Pertanyaan tersebut memotong pernyataan Abi.
Abi kaget karena pernyataanya telah dipotong oleh Rahil sekaligus diberi pertanyaan yang sangat menohok hatinya. Rahil memang dikenal sebagi orang yang tegas dan tajam dalam berbicara, apalagi dalam menyuarakan kebenaran.
“Eh, Maafkan aku Rahil. Aku memang pernah melihat mereka melakukan sesuatu hal yang tak perlu di jelaskan karena...karena...karena aku pernah menjadi salah satu bagian dari mereka. Maafkan aku, Rahil. Maafkan aku, mengatakan sesuatu hal yang seharusnya tidak kukatakan.”
“Sudahlah, aku juga hanya memperingatkanmu. Sesuatu hal yang tidak baik harus segera dilupakan sebelum hal tersebut memintamu kembali untuk melakukannya. Apakah kau menginginkan hak itu kembali terjadi, Abi?”
“Tentu saja tidak, Rahil. Doakan agar aku mampu beristiqomah menuju Ridha Allah.”
“Saling mendoakan, bukankah lebih baik?” jawab Rahil.
“Na’am Ya Akhi. Ilaa ayna anta?”
“Ke Panti Asuhan. Mengajar Tahfidz. Kau ingin ikut dengan ku?” Meskipun usia Rahil masih muda, 23 tahun. Ilmunya sudah sangat banyak dibandingkan mereka seusianya. Saat ini beliau menjadi relawan di panti asuhan di Jawa Timur untuk mengajarkan Al-Quran dengan metode tilawati. Selain itu, Rahil juga menjadi pengajar tetap di Griya Quran.
“Tidak sekarang, Rahil. Hari ini aku ada pertemuan di balai kota.”
“Baiklah, Assalamualaikum.”
“Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.”
Bagi Rahil, memberi manfaat bagi sekelilingnya adalah suatu kewajiban. Menebar kebaikan adalah sebuah tanggung jawab. Menjadi sumber kebahagian adalah suatu keharusan.
“Semoga Abi bisa istiqomah,Ya Rabb.” Ujar Rahil dalam batin.
Abi memang baru saja berhijrah. Menemukan jati dirinya yang sempat tersesat pada jalan yang kelam. Rahil menemukan Abi bearada dipojok jembatan yang sepi dalam keadaan menggigil dan hanya menggunakan celana pendek, pada suatu malam. Entah dimana keberadaan baju dan tas milik Abi. Saat itu, Rahil memang mengendarai sepeda ontelnya dengan perlahanuntuk menikmati indahnya pemandangan malam. Dia baru saja pulang dari tugasnya mengajar di panti asuhan. Tanpa banyak bertanya, Rahil menggendong Abi untuk membonceng sepeda ontelnya. Abi yang sudah sangat tak berdaya, membiarkan saja tanpa kata.
Hingga keesokan harinya, setelah Rahil melaksanakan Solat Subuh dan Muroja’ah bacaan AlQuraanya, Abi bertanya kepadanya. Mengapa Rahil menolongnya. Mengapa Rahil menolong orang yang tidak dikenal. “Engkau adalah saudaraku.” Jawab Rahil.
“Hanya itu?” Tanya Abi dengan mengernyitkan dahi. Dia tidak mengerti, mengapa jawaban yang diberikan tidak masuk akal. Sejak kapan aku menjadi saudaranya? Lagi pula aku tidak mengenalnya.
“Setiap orang muslim adalah saudara. Jika engkau susah aku merasa susah. Jika engkau sakit aku merasa sakit. Jika engkau sedih aku merasa sedih. Jika engkau bahagia maka aku akan bahagia. Kita adalah satu anggota tubuh yang saling merasakan.” Ucap Rahil dengan mantap tanpa mengalihkan pandangannya dari mushaf AlQuran.
“Bagaimna kau tahu.... kalau aku seorang muslim?”
“Apa kau tidak tahu? Kita satu kampus, aku pernah melihatmu bersama dengan teman-teman mu duduk bersenda gurau di depan masjid, ditambah lagi aku pernah melihatmu mengikuti kegiatann wajib kampus dalam acara mabit di bulan Ramadhann.”
Jawaban Rahil membuat Abi kagum. Bahkan dirinya tidak mengenal Rahi akan tetapi mau menolongnya. Ternyata Allah menurunkan Hidayah kepada Abi melalui Rahil. Abi menangis. Dia teringat kejadian malam tadi. Bahkan teman- teman satu gengnya yang sudah sangat dikenal meninggalkannya untuk mencuri uang dan mobil miliknya. Sedangkan Rahil? Dia hanya orang baru untuk Abi.
“Aku menyesal, tidak memanfaatkan waktuku dengan baik. Aku menyia- nyiakan waktu ku pada suatu hal yang sangat tidak berguna. Aku menyia- nyiakan waktu yang diberikan oleh Tuhanku yang seharusnya diisi dengan kebaikan.” Abi mengatakan itu semua dengan penuh penyesalan, airmata mengalir dipipinya.
“Kembalilah Kepada Tuhanmu, Saudaraku. Allah menunggu taubatmu saudaraku. Allah selalu menerima Orang yang bertaubat dengan sungguh-  sungguh.”
Ucapan Rahil menenangkan Abi.
“Aku sibuk Rahil.”
“Sibuk?” Rahil mengernyitkan dahinya.
“Iya Rahil, Aku sibuk. Sibuk dengan urusanku sendiri. Sibuk untuk bersenda gurau dengan perempuan-perempuan. Sibuk bermain gadget sepanjang hari untuk mengaploud kegiatan ku sehari- hari. Sibukku tidak berguna. Dengan sengaja...aku sibuk untuk mengacuhkan Tuhanku. Ya allah.. Ya Tuhanku... Ya Allah Yang Maha pengampun. Maafkan lah hamba mu ini...” Ucap Abi dengan menangis tesedu-sedu.
“Mari saudaraku, kita niatkan hati untuk kembali kepada Nya karena sesungguhnya Allah yang Maha Mulia itu “cemburu”. Kecemburuan Allah yaitu jika orang mukmin melakukan apa yang diharamkan. Hati manakah yang tak pernah ada lintasan cemburu, sebuah gejolak bergemuruh yang begitu saja mengubah cinta menjadi letupan- letupan murka? Saat ini ubah sibukmu menjadi benar- benar sibuk untuk selalu menginatNya dalam keadaan apapun. bukan pura- pura sibuk untuk mengacuhkan Tuhan mu.”
Dalam perjalanan menuju Panti Asuhan kali ini, Rahil terlihat lebih baik daripada biasanya. Rahil menatap langit, beberapa awan bergerak, menghalau sinar matahari. Rahil berde\dhem, mengembalikan fokusnya. Kemudian Rahil mengucapkan Hamdalah sepanjang perjalanan. Rahil sangat bersyukur.
------------------------------------------------------------------






DAFTAR PUSTAKA

Maryanto,dkk. 2014.Bahasa Indonesia SMA –Ekspresi Diri dan Akademik.Jakarta: Kementrian pendidikan.
Hadi M Choirul.2008. Melejit Bersama Kami ‘Bahasa Indonesia’, Surabaya:  Al Hikmah.
Keraf Gorys. 1994. Argumentasi dan Narasi, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,





[1] M Choirul Hadi, Melejit Bersama Kami ‘Bahasa Indonesia’ (Surabaya:  Al Hikmah 2008) hal. 75
[2] Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi,( Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,1994) hal. 2
[3] M Choirul Hadi, Melejit Bersama Kami ‘Bahasa Indonesia’:Surabaya, Al Hikmah (2008:76)
                                                                                                                                                        
[4] Ibid, (2008: 29)

[5] Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi,( Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,1994) hal. 137
[6]M Choirul Hadi. Melejit Bersama Kami ‘Bahasa Indonesia’:Surabaya, Al Hikmah (2008:75)

[7]Ibid,76

[8]Maryanto,dkk. Bahasa Indonesia SMA –Ekspresi Diri dan Akademik(Jakarta: Kementrian pendidikan, 2014) hal.6

[9](Nurgiyantoro.Penilaian dalam  pengajaran Bahasa dan Sastra.Yogyakarta: 2009) hal.11
[10] Maryanto,dkk. Bahasa Indonesia SMA –Ekspresi Diri dan Akademik.Jakarta: Kementrian pendidikan. (2014:6)

[11] Ibid.(2014:13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOGO STAIS MAS