Hubungan Antara
Akhlak Dan Tasawuf dan
Hubungan Antara
Khalak Tasawuf Dengan Ilmu Kalam
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Akhlak Tasawuf”
Dosen Pengampu: M. Jakfar, M. HI.
Oleh:
Anas Tasya Alba Mughofaroh (01091700004)
SEKOLAH
TINGGI ILMU USHULUDDIN
MASJID
NASIONAL AL-AKBAR
SURABAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Akhlak Tasawwuf merupakan
salah satu khazanah intelektual Muslim yang kehadirannya hingga saat ini
semakin dirasakan, akhlak tasawwuf tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup
umat agar selamat dunia dan akhirat.
Akhlak Tasawuf merupakan perilaku muslim yang bersumber dari Ajaran
Ihsan, yaitu ajaran perilaku baik manusia terhadap dirinya sendiri dan terhadap
Tuhan-Nya. Perilaku tersebut diharapkan dimiliki oleh setiap manusia.
Perkembangan keilmuan dalam islam, berkembang dengan cepat dan
pasti. Sebagai tokoh penyebar agama Islam, Nabi Muhammad SAW telah memberikan
penegasan tentang fungsi dan peranan ilmu dalam islam.
Ilmu-ilmu dalam agama Islam yang telah timbul dan berkembang dalam
umat islam antara lain, ilmu Al- Quran, ilmu filsafat, ilmu hadis, ilmu ushul-
ushul fiqih, ilmu tasawuf, ilmu sejarah Islam, dan ilmu- ilmu pendidikan Islam.
Ilmu Tasawuf yang menjadi salah satu disiplin ilmu keislaman tidak
dapat lepas dari ilmu- ilmu keislaman yang lainnya, seperti ilmu Fiqh dan Ilmu
Kalam. Tidak hanya itu, ilmu filsafat
dan ilmu psikologi menjadi bagian.
Pada pertemuan sebelumnya, kita telah membahas mengenai pengertian
daripada Akhlak dan Tasawuf. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas
mengenai hubungan antara Akhlak dengan Tasawuf dan hubungan antara Akhlak Tasawuf
dengan Ilmu kalam. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi bahan diskusi
teman-teman.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
Hubungan antara Akhlak dengan Tasawuf?
2.
Apa
Hubungan antara Akhlak Tasawuf dengan Ilmu Kalam?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui hubungan antara Akhlak dan
Tasawuf
2.
Untuk
mengetahui hubungan antara Akhlak Tasawuf dengan Ilmu Kalam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hubungan Akhlak dengan Tasawuf
Para
ahli ilmu Tasawuf pada umumnya membagi tasawuf kepada 3 bagian yaitu tasawuf
falsafi, tasawuf akhlaki dan tasawuf amali. Ketiga tasawuf ini memiliki tujuan
yang sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri
dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji.
Pada
tasawuf falsafi pendekatan yang digunakan pendekatan rasio atau akal pikiran.
Sedangkan tasawuf akhlaki pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak
yang tahapannya terdiri dari takhalli,tahalli dan tajalli. Sedangkan tasawuf
amali pendekatan yang digunakan adalah pendekatan amaliayah atau wirid.
Tasawuf pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah
seperti sholat, puasa, haji, dzikir, dan lainnya.
Ibadah yang dilakukan dalam rangka tasawuf itu erat
hubungannya dengan akhlak. Dalam hubungan ini Harun Nasution mengetakan bahwa
ibadah dalam islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah
dalam al-Qur‟an dikaitkan dengan takwa dan takwa berarti melaksanakan perintah
tuhan dan menjauhi larangannya yaitu orang-orang yang berbuat baik dan jauh
dari yang tidak baik. Inilah yang disebut denagn ajaran amar ma‟ruf nahi
munkar (Mengajak orang pada kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang
tidak baik)[1]
Ada beberapa pernyataan para Ulama untuk dijadikan keterangan
mengenai hubungan antara Akhlak dengan
Tasawuf. Misalnya, Ulama yang mengatakan bahwa Akhlak merupakan pangkal tolak
Tasawuf, sedangkan Tasawuf adalah batas akhir Akhlak. [2]
الَاخْلَاقُ بِدَايَةُ التَّصَوُّفِ وَ التَّصَّوُفُ نِهَا
يَةُ الْاًخْلاَقِ
Begitu
juga halnya pernyataan Al-Kattaniy yang telah dikemukakan oleh Imam Al-Gazali
yang menyatakan hubungan yang sangat erat antara akhlak dengan Tasawuf yang
dilukiskan dalam pernyataan yang berbunyi :
Artinya:
Tasawuf itu adalah budi pekerti, barang siapa yang menyiapkan bekal atas mu
dalam budi pekerti, maka berarti ia menyiapkan bekal atas dirimu dalam Tasawuf.[3]
Pengamalan
Tasawuf yang dilakukan oleh para sufi, memberikan kesan kepada kita bahwa
Tasawuf hanya meliputi hubungan transeden: hubungan vertikal, antara dirinya
dengan Tuhannya. Pernyataan itu diperkuat oleh Seikh Muh. Amin Al Kurdi
mengenai prinsip-prinsip ajaran tauhid.
Artinya:
Prinsip- prinsip Tasawuf ada lima macam: yaitu taqwa kepada Allah, mengikuti
sunnah, menahan diri, rela dan bertaubat.[4]
Dari
kelima ajaran prinsip diatas, semuanya merupakan hubungan transeden (hubungan
antara hamba dengan Tuhannya). Sedangkan ajaran Akhlak meliputi hubungan
transeden dan imanen: Hubungan antara hamba dan Tuhannya serta hubungan antara
Hamba dengan sesama manusia. Sehingga seorang sufi, mampu menekuni
ajarannya, dan tetap mampu menjalankan
bisnisnya. Jadi tidak hanya menekankan pada hubungan vertikal dengan Tuhannya
tetapi mampu menjalankan hubungan horizontal sesama manusia.
Alangkah
baiknya, jika seorang sufi mau memperlihatkan kepedulian sosialnya, karena
dalam Al-Quran sendiri telahmemberikan petunjuk untuk menyeimbangkan kehidupan
dunia dan akhirat, sebagaimana dalam Al-Quran QS. Al Qasas, ayat 77:[5]
Artinya: Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan
bagimu di dunia dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu,dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi sungguh, Allah tidak menyukai
orang yang berbuat kerusakan.
Jadi kata Al- Akhirah pada ayat ini
bukan negeri akhirat, tetapi masa depan umat islam di dunia ini. dan kata Al
Ula bukan pengertian dunia. Tetapi pengertian perjuangan umat Islam(di
zaman Rasulullah)[6]
B. Hubungan
Antara Akhlak Tasawuf dan Ilmu Kalam
Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang cara-cara mengesakan Tuhan,
selain itu ilmu ini juga disebut sebagai ilmu Ushul al-din atau ilmu Tauhid
atau keyakinan-keyakinan. Ilmu tauhid disebut juga ilmu kalam berarti ilmu yang
membahas tentang kata-kata atau silat lidah dalam rangka mempertahankan
pendapat dan pendirian masing-masing atau argumentasi baik aqliyah (rasional)
maupun naqliyah (Alquran dan As- sunah) argumentasi aqliyah adalah argumentasi
yang berlandaskan pemahaman pada metode berpikir filosofis. Adapun argumentasi naqliyah berdasarkan pada
dalil- dalil Alquran dan As sunah.
Hubungan ilmu akhlak dan tasawuf dengan ilmu tauhid dapat dilihat
melalui analisi yaitu: Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, ilmu
tauhid membahas masalah Tuhan baik dari segi zat, sifat dan perbuatannya, ilmu
tauhid akan mengarahkan manusia menjadi ikhlas dan keikhlasan ini merupakan
salah satu akhlak yang mulia. Kedua, dilihat dari segi fungsinya ilmu tauhid
menghendaki agar seseorang yang bertauhid tidak hanya cukup dengan menghafal
rukun iman yang enam dengan dalil-dalilnya yang terpenting adalah agar orang
yang bertauhid itu meniru dan mencontoh terhadap subjek yang terdapat dalam
rukun iman itu. Jika kita percaya allah bahwa allah memiliki sifat-sifat tuhan
itu maka sebaiknya manusia meniru sifat tersebut dengan mengembangkan sikap
kasih sayang dimuka bumi.
Ilmu Tasawuf ialah ilmu yang membicarakan
penghayatan sampai pada penanaman kejiwaan manusia. Disiplin ilmu inilah yang
membahas bagaimana merasakan nilai- nilai akidah dengan memperhatikan bahwa
persoalan tadzawwuq (bagaimana
merasakan) tidak saja termasuk dalam lingkup hal yang sunah , tetapi juga
termasuk hal yang wajib.
Rasulullah SAW juga memberikan peringatan
yang begitu besar terhadap masalah tadzawwu, sebagaimana tercermin dalam
hadisnya:
Beliau bersabda:
Orang yang bisa merasakan kenikmatan iman
adalah orang yang ridha kepada Allah SWT sebagai Tuhannya, Ridha sebagai Islam
sebagai agamanya, dan ridha Muhammad sebagai Rasulnya dan utusan- Nya (H.R.
Muslim dan At- Tarmidzi)
Beliau juga bersabda dalamhadis lain:
Ada tiga perkara yang menyebabkan seorang
dapat merasakan lezatnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan Rasulnya lebih
dari yang lain, orang yang mencintai hamba karena Allah, dan orang yang takut
kembali kepada kekufuran seperti
ketakutannya untuk dimasukkan kedalam api neraka. (HR. Muslim)[7]
Dalam kajian Ilmu Tauhid ditemukan
pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta
kemunafikan dan batasannya. Sementara itu pada ilmu Tasawuf, ditemukan jalan
atau sebuah metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman dan
terhindar dari kemunafikan. Hal ini tidak cukup hanya diketahui batasan-
batasannya oleh seseorang. Hal ini karena ada seorang yang sudah mengetahui
batasan-batasan kemunafikan tetapi tetap melaksanan.
Firman Allah SWT dalam QS Al Hujurat 49:14[8]
Artinya:Orang- orang Arab Badui itu
berkata, “kami telah beriman”. Katakanlah kepada mereka “Kamu belum beriman,
tetapi katakanlah ‘Kamu telah tunduk,’ karena iman itu belum masuk kepada
hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia tiada sedikitpun
mengurangi (pahala) amalanmu.” Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Ilmu Tauhid juga berfungsi sebagai
pengendali ilmu tasawuf. Jika lahir suatu kepercayaan baru yang bertentangan
dengan Al Quran dan Sunnah, maka wajib ditolak.[9]
Selain itu ilmu tasawuf mempunyai fungsi
sebgai pemberi kesadaran rohaniah dalam padu argumentasi teologi. Bagaimana
disebutkan bahwa Ilmu Tauhid dalam dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu
yang mengandung muatan aqliyah dan muatan naqliyah. Jika tidak diimbangi oleh
kesadaran rohaniah, ilmu tauhid dapat bergerak ke arah liberal dan bebas.
Disinilah ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rihaniah sehingga ilmu Tauhid
tidak berkesan sebagai dialektika keislaman belaka yang kering dari sentuhan
hati.[10]
Bagaimanapun amalan-amalan tasawuf
mempunyai pengaruh yang besar dalam ketauhidan. Jika rasa sabar tidak ada dalam
diri seorang hamba misalnya, muncullah sifat kekufuran. Jika rasa sukur dalam
diri seorang hamba hanya sedikit, maka lahirlah suatu bentuk kegelapan sebagai
reaksi.
Kesimpulan:
1. Hubungan antara akhlak dan tasawuf sangat
erat dan sangat jelas. Dimana Akhlak merupakan pangkal tolak tasawuf sedangkan
Tasawuf merupakan batas akhir akhlak.
2. Atau dengan kata lain, akhlak merupakan
sarana Tasawuf, sedangkan Tasawuf merupakan tujuan sementara akhlak. Karena
tujuan akhirnya adalah kesejahteraan dunia dan kebahagiaan akhirat menurut
tasawuf Sunny atau menjadi manusiaideal menurut UlamaTasawuf Falsafi
3. Ilmu tauhid memberikan konstribusi kepada
ilmu tasawuf, keduanya saling melengkapi. Contohnya: jika cahaya Tauhid telah
lenyap maka timbul penyakit kalbu seperti ujub, congkak, riya’, dengki, hasut
dan sombong. Apabila manusia sadar bahwa Allah lah yang memberi niscaya rasa
hasud dan dengki akan sirna. Dari sinilah dapat dilihat bahwa Ilmu Tauhid
merupakan jenjang pertama dalam pendakian menuju Allah (pendakian para kaum
sufi).
DAFTAR PUSTAKA
Depag RI, 2009, Alquran
dan Terjemahan special for women :Bandung, Syamil Quran.
Mahjuddin, 2009,
Akhlaq Tasawwuf 1, Jakarta: KALAM MULIA,
Samsul Munir,
2012, Ilmu Tasawuf: Jakarta
Rizal Agus , 2016.
MK Akhlak Tasawuf: Pariaman,
[1] Agus
Rizal, MK Akhlak Tasawuf (Pariaman:2016) hal 20
[4] Ibid.
[5] Depag
RI, Alquran dan Terjemahan special for women (Bandung: Syamil Quran,
2009) hal,394
[7] Samsul
Munir, Ilmu Tasawuf. (2012:193)
[8]Depag RI,
Alquran dan Terjemahan special for women (Bandung: Syamil Quran, 2009)
hal, 517
[9] Samsul
Munir, Ilmu Tasawuf. (2012:195)
[10] Ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar