BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Saudaraku seiman, sesungguhnya Allah SWT telah
mengutus Rasul dan menurunkan kitab- kitab dengan tujuan agar Dialah satu-
satunya Tuhan yang disembah. Tiada sekutu bagi Nya dan supaya agama dimurnikan
hanya bagi Nya. Menomorsatukan Tuhan yang paling utama.
Menjaga kemurnian Tauhid adalah misi
terpenting para nabi dan rasul serta orang- orang yang mengikuti mereka dengan
baik sampai datangnya hari pembalasan. Oleh karena itu, kami membuat makalah
dengan tema Dasar-Dasar Kajian Tauhid. Diharapkan makalah ini mampu menjadi
bahan diskusi Mahasiswa sekaligus mengkritisi apa-apa yang dibahas dalam
Makalah ini. Dalam makalah ini kami mengupas tentang apa itu pengertian Iman,
Islam dan Ihsan sekaligus penjelasan tentang pembagian Ilmu Tauhid. Semoga
bermanfaat.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian
iman, islam dan ihsan?
2.
Apa pengertian
Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui Iman, Islam dan Ihsan.
2. Untuk
mengetahui Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Dimensi Iman, Islam Dan Ihsan
Nurcholis
Madjid menyebut dimensi Iman, Islam dan Ihsan dengan istilah trilogi ajaran
Ilahi.
Artinya:
Hadis
diatas memeberikan ide kepada umat islam Sunni tentang rukun iman yang enam,
rukun Islam yang lima dan penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Hadir dalam
hidup. Sebenarnya, dari ketiga hal diatas, hanya dapat dibedakan tetapi tidak
dapat dipisahkan. Antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan.
Setiap
pemeluk agama Islam mengetahui dengan pasti bahwa Islam tidak absah tanpa Iman,
dan Iman tidak sempurna tanpa Ihsan. Sebaliknya, Ihsan mustahil tanpa adanya
iman, dan Iman juga mustahil tanpa adanya Islam. Dalam penelitian lebih lanjut,
sering terjadi tumpang tindih antara tiga istilah tersebut: dalam Iman terdapat
Islam dan Ihsan; dalam Islam terdapat iman dan ihsan; dan dalam ihsan terdapat
iman dan Islam. Dari sisi itulah melihat iman, Islam dan ihsan sebagai trilogi
ajaran Ilahi. [1]
1.
Islam
Menurut bahasa,
Islam berarti masuk dalam kedamaian " اسلم امره الي الله artinya menyerahkan
perkaranya kepada Allah. Dikatakanاسلم artinya masuk dalam agama Islam. Sedangkan
menurut syara’Islam berarti pasrah kepada Allah., bertauhid dan tunduk kepada Nya,
taat dan membebaskan diri dari syirik dan para pengikutnya.
Ibnu
Taimiah menjelaskan bahwa din itu
terdiri dari tiga unsur, yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Dalam tiga unsur itu
terselip makna kejenjangan (tingkatan): orang mulai dengan Islam, kemudian
berkembang kearah Iman, dan memuncak dalam Ihsan.
Rujukan
Ibnu Taimiah dalam mengemukakan pendapatnya adalah surat al- Fathir (35) ayat
32: “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang- orang yang Kami pilih
diantara hamba- hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri; dan diantara mereka ada yang
pertengahan; dan diantara mereka pula ada yang lebih cepat berbuat kebaikan
dengan izin Allah...”
Di dalam Al-Quran dan terjemahannya yang di
terbitkan Departemen Agama dijelaskan sebagai berikut: pertama “Orang-
orang yang menganiaya diri sendiri” (fa minhum zhalim li nafsih) adalah orang-
orang yang lebih banyak melakukan kesalahannya daripada kebaikannya; kedua “orang-
orang pertengahan” (muqtashid) adalah orang- orang yang antara kebaikan dan
kejelekannya berbanding; ketiga “orang- orang yang lebih dulu berbuat
kebaikan” (sabiq bi al akhirat) adalah orang- orang yang kebaikannya sangat
banyank dan jarang melakukan kesalahan. [2]
Dengan
penjelasan yang agak berbeda, Ibnu Taimiyah menjelaskan sebagai berikut: pertama
orang- orang yang menerima warisan
kitab suci dengan mempercayai dan berpegang teguh pada ajaran- ajaran Nya,
namun masih melakukan perbuatan- perbuatan zalim, adalah ada orang baru islam,
suata tingkat dalam permulaan, kedua orang yang menerima warisn kitab
suci itu dapat berkembang menjadi seorang mukmin, tingkat menengah, yaitu
orang- orang yang telah terbebas dari perbuatan zalim namun perbuatan
kebajikannya sedang- sedang saja, ketiga perjalanan mukmin itu (yang
telah terbebas dari perbuatan zalim) berkembang perbuatan kebajikannya sehinga
ia menjadi pelomba (sabiq) perbuatan kebajikan; maka ia mencapai derajat ihsan.
“orang yang telah mencapai derajat ihsan,”
kata Ibnu Taimiyah, “akan masuk surga tanpa mengalami azab.” [3]
Imam
al- Syahrastani dalam kitabnya, al Milal wa al- Nihal, menjelaskan bahwa Islam
adalah menyerahkan diri secara lahir. Oleh karena itu, baik mukmin maupun
munafik adalah muslim. Sedangkan iman adalah pembenaran terhadap Allah SWT,
para utusan Nya, hari kiamat dan menerima qadla dan qadar. Integrasi antara
Islam adalah mabda’ (pemula); iman adalah menengah (wasath); dan ihsan
adalah kesempurnaan (al- kamal).
Meskipun
tidak dapat dikatakan sepenuhnya benar, umat islam telah memakai suatu kerangka
pemikiran tentang trilogi ajaran Ilahi diatas keadalam bidang pemikiran islam :
pertama, iman dan berbagai hal yang berhubungan dengannya diletakkan dalam satu
bidang pemikiran, yaitu teologi (ilmu kalam); kedua persoalan Islam dijelaskan
dalam bidang syari’at (fikih); ketiga ihsan dipandang sebagai akar tumbuhnya
tasawuf
B.
Tauhid
Rububiyah dan Tauhid Uluhiyyah
Macam – macam
Tauhid:
1. Tauhid
Rububiyah
Tauhid
Rububiyah adalah mengesakan Allah dalam
segala perbuatan-Nya, dengan keyakinan bahwa Dialah satu-satunya Pencipta, satu-satunya
Penguasa, satu-satu nya zat yang sempurna dan satu-satunya Pengatur segala
urusan alam semesta.
Dalam
bagian tauhid yang satu ini, seluruh manusia dari anak cucu Adam, tidak ada
yang mengingkarinya kecuali hanya sebagian kecil dan sangat jarang. Bahkan hati
manusia telah diberikan fitrah agar mengakui dan meyakini (bahwa Dia-lah Tuhan
sekalian alam) melebihi keyakinannya kepada selain-Nya (yang ada di dalam alam
semesta ini).
Allah
berfirman, QS.Asy- Syura :11[4]
Artinya:
Akan tetapi bagian tauhid ini belum memadai
atau mencukupi untuk menjadikan seseorang sebagai orang yang bertauhid di
hadapan Tuhannya, kecuali setelah Allah memberikannya hidayah kepada dua bagian
tauhid lainnya, yaitu tauhid uluhiyah dan tauhid asma` wa shifat (nama-nama
dan sifat-sifat-Nya).
Hal ini dikarenakan Allah subhanahu wa
ta'ala telah mengabarkan kepada manusia melalui kitab-Nya, bahwa kaum
musyrikin juga mengakui dan meyakini bagian tauhid rububiyah ini. Akan tetapi,
keyakinan dan pengakuan mereka tersebut sama sekali tidak bermanfaat bagi
mereka, dikarenakan mereka belum mengesakan Allah dalam ibadah, (yaitu
pengertian dari tauhid Uluhiyah.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
''Kalaulah bagian tauhid ini (tauhid rububiyah) dapat menyelamatkan manusia
dengan sendirinya, maka akan selamat pulalah kaum musyrikin. Oleh karena itu,
tauhid uluhiyahlah yang menjadi pembeda dan pemisah antara kaum musyrikin dan
kaum muwwahhidin (kaum yang bertauhid)'' [Madaarijus Salikiin (1/324)].
2.
Tauhid Uluhiyah
Pengertian tauhid uluhiyah adalah
mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah, maka tidak boleh (haram) seorang
hamba mendirikan shalat, berdoa, berkorban (menyembelih hewan) kecuali hanya
untuk Allah, dan tidak pula thawaf kecuali di rumah-Nya (ka`bah), dan kepada
sesuatu yang gha'ib, dan tidak pula bertawakkal kecuali hanya kepada
Sang Pemilik segala urusan dan ciptaan, Zat yang mempunyai sifat uluhiyah,
yaitu (sifat yang merupakan bagian dari) sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang
tidak dimiliki oleh selain-Nya.
Oleh karena itu, tidak boleh (haram) bagi
seorang hamba menyerahkan apapun dari jenis ibadahnya kepada selain Allah.
Hanya Allah yang berhak memiliki (ibadah hamba-Nya), adapun selain-Nya (maka
tidak berhak sedikitpun). Dan bagian tauhid ini pula yang menjadi misi dakwah
semua rasul Allah.
Allah
berfirman,
Artinya : ''Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thaghut itu" (QS An-Nahl : 36
Thaghut adalah setiap perkara yang hamba melewati batas dengannya berupa
sesembahan seperti berhala, atau yang diikuti seperti peramal dan para ulama
jahat, atau yang ditaati seperti para pemimpin atau pemuka masyarakat yang
ingkar kepada Allah SWT.
Thaghut itu sangat
banyak dan intinya ada lima:
1-
Iblis –semoga Allah SWT melindungi kita darinya-,
2-
Siapa yang disembah sedangkan dia ridha,
3-
Siapa yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya,
4-
Siapa yang mengaku mengetahui yang gaib,
5- Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah SWT.
Artinya : ''Katakanlah: "Sesungguhnya Aku diperintahkan
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama.'' (QS Az- Zumar : 11)
Seluruh rasul (yang Allah utus
kemuka bumi ini), memulai dakwah terhadap kaum mereka dengan perintah untuk
mengesakan Allah dalam segala ibadah, (yaitu pengertian dari tauhid Uluhiyah).
Sebagaimana perkataan Nabi Nuh, Hud, Soleh dan Syu`aib :
Artinya : "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak
ada Tuhan bagimu selain- Nya." (QS Al-A'raf : 85, 65, 73 dan 85)
Dan sebagaimana sabda Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, ''Sesungguhnya aku
(Muhammad) diutus untuk memerangi manusia, sehingga mereka
bersyahadat
bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah, dan
Muhammad
adalah utusan Allah'' (H.R. Bukhari dan Muslim)
Daftar
Pustaka
1.Departemen
Agama.1985. Al- Quran dan Teejemahannya. Jakarta: Depeartemen Agama RI.
2.Siraj,
Said Aqiel.1998,td.”Kajian Metodologi Tasawuf,”makalah disampaikan dalam
seminar Metodologi Studi Islam di Jakarta.
3.
Nurcholish Madjid. Islam dan Peradaban: Membangun Makna dan relevansi
Doktrin Islam dalam Sejarah. Jakarta: Paramadina (1995:463)
[1]
Nurcholish
Madjid. Islam dan Peradaban: Membangun Makna dan relevansi Doktrin Islam
dalam Sejarah. Jakarta: Paramadina (1995:463)
[2]Departemen
Agama. Al- Quran dan Teejemahannya. Jakarta: Depeartemen Agama RI.
(1985: 701)
[3]Nurcholish
Madjid. Budhy Munawar. Rachman (1994:465)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar