Minggu, 25 Maret 2018

KAJIAN DASAR TAUHID makalah lengkap


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Saudaraku seiman, sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Rasul dan menurunkan kitab- kitab dengan tujuan agar Dialah satu- satunya Tuhan yang disembah. Tiada sekutu bagi Nya dan supaya agama dimurnikan hanya bagi Nya. Menomorsatukan Tuhan yang paling utama.
            Menjaga kemurnian Tauhid adalah misi terpenting para nabi dan rasul serta orang- orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai datangnya hari pembalasan. Oleh karena itu, kami membuat makalah dengan tema Dasar-Dasar Kajian Tauhid. Diharapkan makalah ini mampu menjadi bahan diskusi Mahasiswa sekaligus mengkritisi apa-apa yang dibahas dalam Makalah ini. Dalam makalah ini kami mengupas tentang apa itu pengertian Iman, Islam dan Ihsan sekaligus penjelasan tentang pembagian Ilmu Tauhid. Semoga bermanfaat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian iman, islam dan ihsan?
2.      Apa pengertian Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah?

C.    Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui Iman, Islam dan Ihsan.
2.    Untuk mengetahui Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah





BAB II
PEMBAHASAN
A.     Dimensi Iman, Islam Dan  Ihsan
Nurcholis Madjid menyebut dimensi Iman, Islam dan Ihsan dengan istilah trilogi ajaran Ilahi.
Dimensi- dimensi islam berawal dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori dan imam Muslim yang dimuat dalam masing- masing kitab sahinya yang menceritakan dialog antara Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril tentang trilogi ajaran Ilahi:

















Artinya:


Hadis diatas memeberikan ide kepada umat islam Sunni tentang rukun iman yang enam, rukun Islam yang lima dan penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Hadir dalam hidup. Sebenarnya, dari ketiga hal diatas, hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan. 
Setiap pemeluk agama Islam mengetahui dengan pasti bahwa Islam tidak absah tanpa Iman, dan Iman tidak sempurna tanpa Ihsan. Sebaliknya, Ihsan mustahil tanpa adanya iman, dan Iman juga mustahil tanpa adanya Islam. Dalam penelitian lebih lanjut, sering terjadi tumpang tindih antara tiga istilah tersebut: dalam Iman terdapat Islam dan Ihsan; dalam Islam terdapat iman dan ihsan; dan dalam ihsan terdapat iman dan Islam. Dari sisi itulah melihat iman, Islam dan ihsan sebagai trilogi ajaran Ilahi. [1]

1.    Islam
Menurut bahasa, Islam berarti masuk dalam kedamaian " اسلم امره الي الله artinya menyerahkan perkaranya kepada Allah. Dikatakanاسلم   artinya masuk dalam agama Islam. Sedangkan menurut syara’Islam berarti pasrah kepada Allah., bertauhid dan tunduk kepada Nya, taat dan membebaskan diri dari syirik dan para pengikutnya.
Ibnu Taimiah menjelaskan bahwa din  itu terdiri dari tiga unsur, yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Dalam tiga unsur itu terselip makna kejenjangan (tingkatan): orang mulai dengan Islam, kemudian berkembang kearah Iman, dan memuncak dalam Ihsan.
Rujukan Ibnu Taimiah dalam mengemukakan pendapatnya adalah surat al- Fathir (35) ayat 32: “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang- orang yang Kami pilih diantara hamba- hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri  mereka sendiri; dan diantara mereka ada yang pertengahan; dan diantara mereka pula ada yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah...”
 Di dalam Al-Quran dan terjemahannya yang di terbitkan Departemen Agama dijelaskan sebagai berikut: pertama “Orang- orang yang menganiaya diri sendiri” (fa minhum zhalim li nafsih) adalah orang- orang yang lebih banyak melakukan kesalahannya daripada kebaikannya; kedua “orang- orang pertengahan” (muqtashid) adalah orang- orang yang antara kebaikan dan kejelekannya berbanding; ketiga “orang- orang yang lebih dulu berbuat kebaikan” (sabiq bi al akhirat) adalah orang- orang yang kebaikannya sangat banyank dan jarang melakukan kesalahan. [2]
Dengan penjelasan yang agak berbeda, Ibnu Taimiyah menjelaskan sebagai berikut: pertama  orang- orang yang menerima warisan kitab suci dengan mempercayai dan berpegang teguh pada ajaran- ajaran Nya, namun masih melakukan perbuatan- perbuatan zalim, adalah ada orang baru islam, suata tingkat dalam permulaan, kedua orang yang menerima warisn kitab suci itu dapat berkembang menjadi seorang mukmin, tingkat menengah, yaitu orang- orang yang telah terbebas dari perbuatan zalim namun perbuatan kebajikannya sedang- sedang saja, ketiga perjalanan mukmin itu (yang telah terbebas dari perbuatan zalim) berkembang perbuatan kebajikannya sehinga ia menjadi pelomba (sabiq) perbuatan kebajikan; maka ia mencapai derajat ihsan. “orang yang telah mencapai derajat ihsan,”  kata Ibnu Taimiyah, “akan masuk surga tanpa mengalami azab.” [3]
Imam al- Syahrastani dalam kitabnya, al Milal wa al- Nihal, menjelaskan bahwa Islam adalah menyerahkan diri secara lahir. Oleh karena itu, baik mukmin maupun munafik adalah muslim. Sedangkan iman adalah pembenaran terhadap Allah SWT, para utusan Nya, hari kiamat dan menerima qadla dan qadar. Integrasi antara Islam adalah mabda’ (pemula); iman adalah menengah (wasath); dan ihsan adalah kesempurnaan (al- kamal).
Meskipun tidak dapat dikatakan sepenuhnya benar, umat islam telah memakai suatu kerangka pemikiran tentang trilogi ajaran Ilahi diatas keadalam bidang pemikiran islam : pertama, iman dan berbagai hal yang berhubungan dengannya diletakkan dalam satu bidang pemikiran, yaitu teologi (ilmu kalam); kedua persoalan Islam dijelaskan dalam bidang syari’at (fikih); ketiga ihsan dipandang sebagai akar tumbuhnya tasawuf

B.     Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyyah
Macam – macam Tauhid:
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah  mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya, dengan keyakinan bahwa Dialah satu-satunya Pencipta, satu-satunya Penguasa, satu-satu nya zat yang sempurna dan satu-satunya Pengatur segala urusan alam semesta.
Dalam bagian tauhid yang satu ini, seluruh manusia dari anak cucu Adam, tidak ada yang mengingkarinya kecuali hanya sebagian kecil dan sangat jarang. Bahkan hati manusia telah diberikan fitrah agar mengakui dan meyakini (bahwa Dia-lah Tuhan sekalian alam) melebihi keyakinannya kepada selain-Nya (yang ada di dalam alam semesta ini).
Allah berfirman, QS.Asy- Syura :11[4]


Artinya:                                                   






Akan tetapi bagian tauhid ini belum memadai atau mencukupi untuk menjadikan seseorang sebagai orang yang bertauhid di hadapan Tuhannya, kecuali setelah Allah memberikannya hidayah kepada dua bagian tauhid lainnya, yaitu tauhid uluhiyah dan tauhid asma` wa shifat (nama-nama dan sifat-sifat-Nya).
Hal ini dikarenakan Allah subhanahu wa ta'ala telah mengabarkan kepada manusia melalui kitab-Nya, bahwa kaum musyrikin juga mengakui dan meyakini bagian tauhid rububiyah ini. Akan tetapi, keyakinan dan pengakuan mereka tersebut sama sekali tidak bermanfaat bagi mereka, dikarenakan mereka belum mengesakan Allah dalam ibadah, (yaitu pengertian dari tauhid Uluhiyah.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, ''Kalaulah bagian tauhid ini (tauhid rububiyah) dapat menyelamatkan manusia dengan sendirinya, maka akan selamat pulalah kaum musyrikin. Oleh karena itu, tauhid uluhiyahlah yang menjadi pembeda dan pemisah antara kaum musyrikin dan kaum muwwahhidin (kaum yang bertauhid)'' [Madaarijus Salikiin (1/324)].



2. Tauhid Uluhiyah
            Pengertian tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah, maka tidak boleh (haram) seorang hamba mendirikan shalat, berdoa, berkorban (menyembelih hewan) kecuali hanya untuk Allah, dan tidak pula thawaf kecuali di rumah-Nya (ka`bah), dan kepada sesuatu yang gha'ib, dan tidak pula bertawakkal kecuali hanya kepada Sang Pemilik segala urusan dan ciptaan, Zat yang mempunyai sifat uluhiyah, yaitu (sifat yang merupakan bagian dari) sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang tidak dimiliki oleh selain-Nya.
Oleh karena itu, tidak boleh (haram) bagi seorang hamba menyerahkan apapun dari jenis ibadahnya kepada selain Allah. Hanya Allah yang berhak memiliki (ibadah hamba-Nya), adapun selain-Nya (maka tidak berhak sedikitpun). Dan bagian tauhid ini pula yang menjadi misi dakwah semua rasul Allah.
Allah berfirman,
Artinya : ''Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS An-Nahl : 36
Thaghut adalah setiap perkara yang hamba melewati batas dengannya berupa sesembahan seperti berhala, atau yang diikuti seperti peramal dan para ulama jahat, atau yang ditaati seperti para pemimpin atau pemuka masyarakat yang ingkar kepada Allah SWT.
Thaghut itu sangat banyak dan intinya ada lima:
1- Iblis –semoga Allah SWT melindungi kita darinya-,
2- Siapa yang disembah sedangkan dia ridha,
3- Siapa yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya,
4- Siapa yang mengaku mengetahui yang gaib,
5- Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah SWT.

Artinya : ''Katakanlah: "Sesungguhnya Aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.'' (QS Az- Zumar : 11)

Seluruh rasul (yang Allah utus kemuka bumi ini), memulai dakwah terhadap kaum mereka dengan perintah untuk mengesakan Allah dalam segala ibadah, (yaitu pengertian dari tauhid Uluhiyah). Sebagaimana perkataan Nabi Nuh, Hud, Soleh dan Syu`aib :
Artinya : "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain- Nya." (QS Al-A'raf : 85, 65, 73 dan 85)

Dan sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ''Sesungguhnya aku
(Muhammad) diutus untuk memerangi manusia, sehingga mereka bersyahadat
bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah, dan Muhammad
adalah utusan Allah'' (H.R. Bukhari dan Muslim)

















Daftar Pustaka
1.Departemen Agama.1985. Al- Quran dan Teejemahannya. Jakarta: Depeartemen Agama RI.
2.Siraj, Said Aqiel.1998,td.”Kajian Metodologi Tasawuf,”makalah disampaikan dalam seminar Metodologi Studi Islam di Jakarta.
3. Nurcholish Madjid. Islam dan Peradaban: Membangun Makna dan relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah. Jakarta: Paramadina  (1995:463)




[1] Nurcholish Madjid. Islam dan Peradaban: Membangun Makna dan relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah. Jakarta: Paramadina  (1995:463)
[2]Departemen Agama. Al- Quran dan Teejemahannya. Jakarta: Depeartemen Agama RI. (1985: 701)
[3]Nurcholish Madjid. Budhy Munawar. Rachman (1994:465)

[4]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOGO STAIS MAS